CERPEN

Sabtu, 26 November 2011

Cerpen "Bayiku, Khalissa"


Khalissa, nama yang diberikan Ketty untuk bayi munggilnya. Bagi Ketty, kehadiran Khalissa menjadi anugrah yang paling mulia dan harta paling berharga. Ia tak mengindahkan perjuangannya ketika melahirkan Khalissa. Walau keringat menggelembung di ubun-ubun, nafas terasa sesak selama sembilan bulan, dan kucuran darah yang seakan memanggilnya untuk menghuni ruang kematian.  Ketty tetap tampak tegar.

Memang hari-hari terus membuatnya  bersabar, marah, dan murung. Namun, satu masalah yang paling perih dalam benak Ketty adalah saat melihat ibu tersayang memandangnya penuh cinta, membelai rambut dan mengusap bahunya dengan kekuatan. Perlakuan itu membuat Ketty mengucurkan air mata. Hanya tarikan nafas yang panjang serta hembusan kelegahan pertanda iklas yang menguatkannya.

Tangisan Khalissa mungil menyanyikan lagu ceria untuk Ketty. Terkadang Ketty tertawa riang melihat senyum mungil Khalissa. Terkadang godaan senyuman si bayi membuat  Ketty menari-nari demi senyuman Khalissa kecil. Tak ada kata lelah bagi Ketty untuk menyusui dan menggoyangkan ayun saat mengiring tidur Khalissa. Yang ada dalam benaknya adalah kasih sayang dalam kemandirian
.
Malam menjelma dalam kebisuan. Khalissa kecil tidur pulas dengan senyum mungil di pipinya. Pelukan hangat muncul dari bingkai photo mesra di meja kerjanya. Dengan gerakan gontai Ketty berdiri dan mendekati photo itu dengan senyuman. Photo itu seakan  bercerita tentang masa SMA, di sana ada Nolan cinta sejatinya. Sambil menatap langit kamar yang sepi Ketty memeluk photo itu dengan erat, berjalan mendekati Khalissa  dan meletakkannya tepat di samping Khalissa.

Ketty menerawang awang-awang, tersisip setangkai bunga kembang sepatu di telinganya. Waktu itu Nolan menyisipkannya dengan penuh canda, mereka sedang acting meniru film-film romantis yang sering mereka tonton. Memang sedikit terlihat jadul, tapi bagi Ketty adalah kenangan termanis selama bersama Nolan. Dekapan dan canda ketika SMA melelehkan air matannya perlahan. Tak ada kedipan dari sorot mata yang kosong, Ketty menjelma dalam kegalauan. Alunan musik biola yang sering ia kumandangkan di kala sepi tak sanggup menciptakan melodi-melodi klasik tentang kenangan itu.
.
Suatu malam yang merekam peristiwa itu membuka pori-pori Ketty  kian meneggan. Matanya terbuka semakin lebar dan kosong. Malam itu adalah saksi kehadiran Khalissa yang malang tak berdosa. Di ruang yang gelab itu, Nolan mencumbuinya dari leher, telinga, hingga sekujur tubuhnya bergetar tak bergumam. Nolan mengakhiri masa remaja Ketty. Ciuman hangat menikamnya pada kecemasan, Ketty harus menerima takdir sebagai gadis dewasa sebelum saatnya tiba. Bunga-bunga cinta yang tertabur malam itu menghadiakan janin dalam rahim Ketty. Rasa tak percaya menyelami hari-harinya sebagai gadis remaja berusia 15 tahun. Perasaan remajanya membuatnya kelihatan  panik, gelisah, serta penghakiman terhadap  Khalissa muncul dari ide-ide setan yang terus merasuk. Ketty dan Nolan berusaha mengugurkan kandungan itu namun tetap saja tidak bisa
.
Perut Ketty membuncit, paras balianya hilang bersama nafsu yang membara. Kecupan hangat ketika itu menjadi suram dan kacau. Nolan menghindari Ketty dengan tingkah kasar dan tak perduli. Tak ada kata-kata yang sanggup di ucapkan. Tak ada mimpi yang sanggup dirangkai. Bahkan tak ada langit malam yang senantiasa menyejukan hati selama bersama Nolan. Ketty hanya membungkam dalam kepasrahan, Nolan yang awalnya adalah pria romantis dan penuh kasih sayang berubah menjadi singa jantan yang siap mengulitinya
.
Suatu waktu, Ketty sangat membutuhkan perhatian Nolan. Ketty mendekati Nolan yang sedang berbincang dengan teman-temannya. Dari kejauhan debaran ragu-ragu menerpa nyalinya untuk mendekat. Namun sebagai gadis yang sedang menggendong bayi Nolan di dalam rahim dan kerinduannya untuk menyentuh belahan pipi Nolan yang lucu memaksakan keragu-raguannya. Tak pernah terpikirkan tentang cuaca yang sedang berubah. Sikap Nolan tampak begitu berat untuk menatap wajahnya. Ketty tetap berusaha menggapai tangan Nolan. Namun, Nolan mendorong bahunya dan menjual wajah menghina untuknya. Ketty terlarut dalam kesedihan, ia duduk merenung melihat tawa canda Nolan dan teman-temannya.  Selang beberapa menit Nolan pergi, Ketty berusaha mengejarnya hingga ke parkiran caffe. Tamparan Nolan menyambar pipi Ketty yang dahulu terlihat anggun.

“Perempuan sial! Aku masih mau sekolah! Sudah ku suruh gugurkan kan! kemarin?”  amarah Nolan.

Mudut Ketty menggumam, raganya terasa sedang terbang dan enggan menghinggapi badanya yang lusu. Tak sanggup suara bernaung menjawab. Hanya tarikan nafas panjang bersama isak tangis histeris dalam hati. Ketty marah, Nolan menyematkan identitas baru sebagai perempuan sial pengganti panggilan sayang ketika romantis menjelma. Dagunya bergetar bersama air mata yang siap membajiri barisan pipinya , ia berlari menerpa malam yang begitu ganas. Sayup kendaraan seakan menerpa wajahnya yang berteriak dalam penyesalan. 

Semenjak kejadian itu Ketty tampak mengurung dirinya di rumah. Baginya  waktu adalah kebencian atau neraka yang amat sakit untuk dirasakan. Wajah Nolan adalah musuh terhangat sepanjang masa. Ketty berusaha menguatkan semagatnya, Ia terus merawat kandungannya dengan penuh kesabaran. Sebagai wanita yang membutuhkan topangan kekuatan, orang tualah tempat mengadu nasib terakhir. Namun, Amarah dan sindiran seorang Ayah malah memuatnya semakin terpojok tidak bedaya  . Hanya Ibulah yang terus menguatkannya, mengusap keringat ketika Ketty merasa lelah dan tak berdaya.

Pagi menampakkan wajahnya bersama embun. Jemari lelahnya membuka tirai kamar dan menatap ke arah gang yang berada di samping rumahnya . Di sana tampak gadis-gadis seusiannya menggunakan seragam abu-abu sedang menuju sekolahnya. Jemarinya mengerang seakan ingin merobek-robek dunia mudanya. Ketty menghempaskan badannya di kursi yang berada di kamarnya.  Baginya  tangisalah yang terus menjadi pelampiasan cita-citanya menjadi seorang dokter. Semua sudah sirna oleh kesalahan malam itu.. Cacian tak lagi kuat untuk memuaskan emosi, pagi itu terlihat wajah  sahabat-sahabat sebayanya. Tirai yang melekat dalam genggamannya dihempaskan sekuat-kuatnya, ia melihat  Nolan yang masih aktif sebagai murid SMA. Ketty hanya bisa melihat dari persembunyian itu. Dia tahu, Nolan sudah kehilangan hati nuraninya.

Lima bulan berlalu, Nolan tak pernah mengunjunginya sekalipun. Tepat pukul 00: 32 menit rasa sakit mulai mengigit kantung rahimnya. Ketty di bawa ke rumah sakit bersalin. Hampir satu jam bayangan Nolan muncul dalam bayangan siksaan. Tamparan dan pukulan penginaan mengiring proses bersalinya. Harapan kehadiran Nolan tak muncul dalam benaknya.

“Anjing!!!!!!!!”  teriak Ketty.

Suara teriakan itu mengakhiri pandangannya. Ketty terkulai lemah, air mata menetes pelahan dari sudut matanya. Dokter-dokter tampak panik melihat keadaan Ketty yang melemah. Detak nadinya begitu lemah dan pinsan. Perawat rumah sakit tampak sibuk memindahkan Ketty ke ruang UGD. Segala macam usaha dilakukan untuk menyelamatkan nyawa Ketty yang sudah koma. Ibu Ketty dan adik-adiknya terus berdoa dan menangis
.
Aroma obat, badan letih terasa dari setiap sudut otot-otot lesunya. Ketty mencoba melihat dunia yang terasa buram. Tangisan kecil dan sentuhan tangan mungil di wajahnya membuat Ketty sedikit tersenyum walau air matanya terus menetes. Ibu Ketty mendekatkan Khalissa si bayi mungil yang malang. Bayi yang tak mengenal siapa ayahnya.

4 komentar:

  1. Selamat Berkarya. Selamat memberikan karya-karya yang terbaik bagi kesusastraan Indonesia. Salam Kenal!

    BalasHapus
  2. terima kasih sudah mengunjungi blog ini.... sastra akan selalu menjadi pintu pendidikan moral utama...hahah... salam kenal balik...

    BalasHapus
  3. siiiippp... boleh juga dunk mampir ke raudlotunnisaa.blogspot.com

    BalasHapus
  4. the shine ok ..... hahah.... makasih...... siap... aku pasti mampir .....

    salam sastra...

    BalasHapus