CERPEN

Jumat, 11 November 2011

Cinta-Cinta, Cinta?

Aku berjalan sendirian ke mana ku suka. Aku bangun tidur tak pernah ada yang menjemputku untuk berangkat ke kampus. Tak ada juga yang mau menjemputku untuk makan malam bersama. Semua serba sendiri, perhatian dalam seluler ku dulu pun sudah hilang di telan  kepergiannya. Tinggallah aku bersama siang dan malam yang semakin gesit mengintip kesendirianku.

Suatu kebetulan atau mungkin sengaja datang dari sana. Dia hadir menerobos semua kesendirianku. Mulailah hadir sedikit tawa. Aku terlarut di dalamnya. Dia Rafli orang yang sudah lama ku kenal di dunia maya. Aku kenali dia karena sering ngobrol bersama ketika ONLINE. Aku menganggapnya sesuatu yang biasa awalnya. Tapi, setelah ku kabulkan permintaannya saat meminta no HP ku. Dia selalu hadir memberi perhatian padaku.

Matahari belum sempat memanaskan bumi, ia sudah menyapaku seperti kicauan burung. Siang mulai menyampaikan lelah, ia datang bagai air yang menepis dahagaku. Ketika petang datang, ia bertanya aku sedang melakukan apa?. Bahkan saat malam baru melahirkan bintang-bintang, ia membuat aku tersenyum dalam hayalan-hayalan. Rafli menguasai detik-menit-semua waktu yang ku lewati. Aku tak pernah bertanya kenapa, dan bagaimana hal itu bisa merasuk dalam pikiran ku.

Suatu malam kami berbincang begitu lama. Tak terasa HP kami sama-sama terputus karena kehabisan batrai. Ada kerinduan yang hadir menusuk-nusuk rusuk ku. Tak ada lelah telinga untuk mendengar, tak ada bosan mulut bertanya dan menyatakan. Tak lelah bibir mengurai senyum hingga tawa pun terkadang memecahkan kesunyian malam.

Hari-hari menempelkan raga ku di sampingnya. Ia mengirim cintanya lewat perhatian. Jujur, aku tak bisa menepis rasa itu. Aku pun menerima cinta itu, kerinduan pun semakin dalam. Tak lelah ia merayuku, hahaha.....walau sebenarnya aku tahu dia sedang gombal tapi aku sendiri terlarut dalam gombalannya. Aku tahu, bukan hanya dia yang sering memuji keindahan mataku. Bukan hanya dia yang pernah bilang kalau senyumanku itu manis. Tapi saat ini, yang ku rindukan adalah semua pujian itu hanya ke luar dari mulut Rafli. Aku cinta kamu Rafli.

Malam pertama pertemuan. Rafli menjemputku. Ia sangat tampan, jujur badanku begitu merugi jika tak ku peluk untuk menepis angin malam. Ia begitu wangi, bahasanya selalu membuatku tertawa. Aku menggeram riang ketika ia mulai mencengkram tanganku erat.  Aku tak bisa memalingkan mataku saat ia menatapku tajam. Rafli semakin spesial dalam hidupku.

Hari-hari terlewatkan begitu saja. Aku tak pernah menyadari ternyata hubungan kami memasuki bulan pertama. Aku benar-benar terlarut pada cintanya. Tak mendengar suaranya satu hari saja rasanya berminggu-minggu. Aku teringat malam minggu ke lima, Ia sedang pergi ke luar kota. Aku begitu gelisah. Rasa cemburu menderu-deru dalam nafasku. Sering aku memanggil sayang tanpa melanjutkan kata-kata ku. Aku bingung mau menyampaikan kata-kata apa malam itu. Ia memelukku begitu erat kemudian meniggalkanku, meniggalkan pandanganku, dan meniggalkan harum yang terhirup dari bau parfumnya.

Aku hanya bisa masuk ke kamar ku. Tak ada kata-kata malam minggu bersamannya. Aku melihat foto-foto ku bersama Rafli. Aku juga teringat ketika berada di jalanan, memeluknya erat hingga kami tak menghiraukan di mana kami berada. Bersamannya begitu indah. Aku pun mengirim pesan singkat padanya. Pesan yang mewakili birunya kerinduan dalam hati.
tak ada jawaban darinya. Mungkin ia sedang dalam perjalanan itu pahamku. Ketika HPku berdering, aliran darahku memompa energi ku. Tapi, itu dari teman-teman ku. Suara pesan singkat pun bagai pertunjukan....tapi kenapa itu bukan Rafli kekasihku.

Malam semakin larut. Mataku begitu gelisah,walau aku sangat mengantuk. Tapi mataku seperti si penjaga kompek yang senantiasa melirik HPku... aku gelisah menanggung rindu yang begitu dalam. Dalam hatiku sering bicara sendiri

" Sayang,,...aku kangen kamu"......

Entah kenapa malam itu begitu gelisah. Mungkin karena kami tidak pernah kehilangan waktu bersama. Ku coba pejamkan mata namun kehadirannya membuatku gelisah.  Bediri, berjalan, berguling-guling, sampai aku berteriak dalam hati ku 

" Rafliiiiiiii ".  

Ku tarik lagi nafas yang panjang. Kegelisahan semakin memompa kebingungan ku. Ku ayunkan kedua kakiku menuju sebuah warnet langgananku yang tidak jauh dari tempat tinggalku. Aku ingin melihat foto-foto, Rafli.

Keningku mengkerut, mulutku menciut, ku tarik nafas panjang. Ada wajahnya terpampang di layar computer. Aku melihat profil facebooknya ternyata dia sedang ONLINE.  Hatiku penuh dengan tanda tanya. Aku pun mencoba menghubungi no nya.Tapi aku hanya mendengar jawaban dari mesin operator. Berulang kali ku coba tetap saja suara yang sama ku dengar. Aku gelisah, beribu tanya tak putus-putus membuatku gelisah.

Ku coba mengirimkan pesan lewat facebook 

" Sayang, kamu OL dimana??"

Lama aku menuggu, tak ada jawaban darinya.
Aku pun mencoba memahaminya, aku tidak marah padanya. Jujur aku tak pernah merasakan ini sebelumnya. Dia selalu memberikan perhatian padaku.

"sayang, kamu sibuk yah?"  lanjutku mengetik dan mengirim lagi.

Kerutan di keningku semakin menyilu ketika membaca jawaban itu.

" Hahaaha.....rindu sama aku, Sob? apa kabar kamu sekarang?" jawaban yang penuh tanda tanya.

Sangat tidak beres ketika itu. Aku menyadarkan badanku. kenapa ia mengirimkan kata-kata itu padaku.

aku tak mau menjawab lagi walau rasa dalam hati ingin memastikan maksudnya. Selang beberapa menit, facebook nya offline. Dengan sikap berusaha tentang, aku mencoba membaca artikel-artikel di beberapa blog, aku mencoba menghilangkan pikiran negatifku tentang Rafli. Aku yakin dia pasti sayang padaku.....

Satu jam berlalu. Jarum jam sudah menunjukan pukul 23. 46 WIB. Suara HP ku berdering. Tidak salah lagi, telpon itu dari Rafli. Ia pun bertanya padaku, kenapa aku ONLINE malam-malam. Kenapa aku keluyuran malam-malam. Harusnya aku tidak boleh ke luar malam-malam. Tak sempat aku membela diri, Rafli terus memarahiku. Aku heran, sikapnya begitu plin-plan. Sampai kalimat terakir terucap " kita putus" di akhiri dengan suara mesin terlpon pertanda terputus.

Air mataku menetes. Kenapa aku harus ONLINE jika berujung mengakhiri hubungan kami? aku mencoba menghubunginya namun no tersebut sudah tidak aktif lagi. Aku pun beranjak pulang. Pintu kamar menyapaku dengan suara, kesepian dan air mata menaungi kamar ku yang gelap. Ku tutup mataku dengan bantal, aku tak bisa berbuat apa-apa. Sesekali aku terus menghubungi namun suara yang sama tersus mengejek ku.

Entah kenapa, pesan SMS bertengger di HP ku. " kalau ku telpon kamu ngaku jadi teman ku yah. Maaf, aku sebenarnya sudah punya pacar. Kita jadian karena waktu itu kami sedang bertengkar. Aku tidak pernah bermaksud untuk menyakiti kamu. Sekali lagi aku minta maaf"

pesan itu membakar seluruh tubuhku. Aku tidak percaya semua yang ia lakukan padaku hanya sesaat. Semua kata-kata cinta dan keromantisan yang hadir hanya menyiksakan benalu yang membuat hatiku bernanah. Aku tak bisa berkata kotor padanya. Walau ada rasa benci, itupun hanya sesaat. Bayang wajahnya selalu membuat ku semakin sakit ketika aku berusaha membencinya.

Selang lima menit. Suara HP ku memanggilku. Iringan air mata membasahi pipiku. Aku menarik nafas dan menjawab telpon itu. Aku mendengar Rafli tertawa di HP ku. Aku juga mendengar suara perempuan yang sedang marah-marah padanya. Rafli terdengar sedang merayu perempuan itu dengan manja.

" Sob, tolong! pacarku marah ni. Dia mengira kita pacaran!" suara Rafli.

Mulutku bergetar, air mataku berurai. Aku menjawabnya dengan tertawa walau sebenarnya hatiku teramat menangis. Dalam hatiku berkata 

" Rafli aku sangat mencinta kamu" 
namun yang keluar dari mulutku 

" haha....maaflah Sob. Bilang sama pacar kamu, sorry aku nda bisa lama-lama....aku ada urusan lain nih. salam aja sama pacar kamu. hahahah!!"   

aku pun menutup telpon itu. Aku yakin perempuan itu sudah cukup puas dengan keterangan itu.

Aku pun berusaha memejamkan mataku. Aku tetap saja gelisah. Suara isak memenuhi ruang tidurku.....Tanpa belas kasihan.....

"Maafkan Rafli, Yank! Rafli nda bisa lanjutin hubungan kita! semoga suatu saat nanti ada waktu lain yang mempertemukan kita. Love u!"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar