Siapa aku, bagaimana aku mengartikan cinta yang sesungguhnya? Aku tak
pernah mengerti sebuah game yang di sebut cinta ini. Penuh dengan trik,
penuh dengan misteri, bahkan sulit untuk di tebak atau di reka-reka.
sudah tiga tahun lamanya Rey dan Wina menjalin hubungan. Diawali
pertemanan, hingga semakin tumbuh bak bunga mawar yang selalu dijadikan
andalan bagi pria untuk meraih perhatian wanita.
Hari berganti hari. Saling mengunjungi dan bercumbu seperti semut yang
selalu menyugukan keningnya setiap bertemu. Mata Wina terpejam merasakan
hangatnya nafas Rey yang melekat di keningnya. Tanpa perintah langsung,
ke dua tangan Wina merangkul tubuh macho Rey yang membalasnya dengan
dekapan yang begitu erat.
Berjalan bersama, berbagi cerita,
tertawa, bahkan dalam tangispun Rey selalu hadir membawakan sebongkah
ice cream demi senyum Wina yang indah. Lesung pipinya yang melukis
wajahnya bak monalisa yang tak terhapus waktu. Menjelma dalam
sugesti-sugesti yang mencurahkan bibit-bibit rindu ketika tak berama.
Itulah yang selama ini Wina rasakan. Kenyamanan, perhatian, dan kasih
sayang yang membuat Rey berbeda dari pria-pria yang Wina temui. Saking
takutnya, Wina selalu bertanya
"kamu di mana?"
"lagi apa, Rey?"
"udah makan?"
"Rey, Jangan tinggalin Wina yah"
itulah yang sering di ucap Wina baik lewat pesan singkat, maupun lewat telp.
***
Memang hubungan yang begitu akrab tidak menjamin suatu kepuasan bagi seorang Rey, pria tampan bak arjuna bagi Wina.
Itu jawaban yang di terima oleh Wina ketika ia bertanya.
"siapa Jes itu Rey?"
Sikap bungkam yang dipancarkan dari wajah Rey mengisyaratkan bahwa Jes adalah kekasih yang baru Rey kenal beberapa minggi ini.
Tidak ada yang bisa Wina lakukan. Ia tak bisa marah, hanya tergelam
dalam kecembuaruan yang membuatnya sering meneteskan airmata di kamar
mungilnya. Terkadang ia berpikir untuk mengakhiri hubungannya. Namun, ia
tak sekokoh benteng cina, tak setegar hercules, hanya Wina yang tak
berdaya. Apalagi setelah pernyataan yang menarik urat sarafnya hingga
melelehkan air matanya.
"Maaf, Aku sayang ma dedek. Beri aku waktu untuk memikirkan bagaimana caranya meninggalkan Jes tanpa menyakiti hatinya"
Mendengar itu, Wina harus berabar jika harus memiliki Rey yang sudah
menjadi mimpi IMAM hidup baginya. Sosok suami yang amat di impikan
selama tiga tahun itu telah berbagi perasaan padan wanita lain.
***
Sudah 3 bulan berlalu. Tak ada perubahan, bahkan Wina pernah melihat
Rey dan Jes berjalan berdua di sebuah caffe bola. Pemandangan itu
membuat Wina sangat putus asa dengan keadaan yang terus meyiksa
sanubarinya.
"maaf Rey, Kita putus saja" ungkap Wina.
"Kenapa dek? Please, kamu jangan lakukan itu, aku tidak bisa tanpa kamu dek.Beri Rey waktu" bela Rey. Wina menangis
"sampai kapan Rey?" tanya Wina tak sanggup menahan tangis.
"Jujur yang paling Rey sayang cuma Wina. Tapi, sikap Dedek yang selama
ini terlalu protektif. Melarang ini dan itu, Dedek Juga suka marah-marah
tidak jelas. Rey cuma ingin Wina berubah" ungkap Rey membela diri.
"kenapa tidak bilang dari kemarin mau Rey apa?" Wina menjawab terbata-bata.
"Karna Dedek nda pernah mau mendengar apa lagi mengalah untuk semua bimbingan Rey selama ini" ungkap Rey.
Wina mengakhiri pembicaraan itu dan membayangkan semua pernyataan Rey
selama hubungan mereka terjalin. Wina baru ingat, ternyata setiap
pertengkaran kecil yang sering terjadi tidak sepenuhnya di maafkan oleh
Rey. Semua ia pendam dalam kesabarannya.
***
ke esokan
harinya. Rey menemui Wina di kantin kampus. Keduanya tak seperti biasa
saling memberikan ciuman di kening atau memegang jemari.
Di
kantin itu Rey menceritakan. bahwa selama ini Jes lah yang selalu
menjadi pelariannya selama mereka bertengkar. Jes yang juga mencintainya
sejak dulu selalu ada untuk menenangkan dan mendengarkan semua curhat
Rey tentang Wina.
"untuk sekarang! Aku harus memilih Jes! kita sahabat saja Win! Semoga kamu mendapatkan yang lebih baik dariku"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar