CERPEN

Sabtu, 26 Mei 2012

CINTAKU BERAHIR DI ANGKA TIGA (CERPEN)

Siapa aku, bagaimana aku mengartikan cinta yang sesungguhnya? Aku tak pernah mengerti sebuah game yang di sebut cinta ini. Penuh dengan trik, penuh dengan misteri, bahkan sulit untuk di tebak atau di reka-reka.

sudah tiga tahun lamanya Rey dan Wina menjalin hubungan. Diawali pertemanan, hingga semakin tumbuh bak bunga mawar yang selalu dijadikan andalan bagi pria untuk meraih perhatian wanita.

Hari berganti hari. Saling mengunjungi dan bercumbu seperti semut yang selalu menyugukan keningnya setiap bertemu. Mata Wina terpejam merasakan hangatnya nafas Rey yang melekat di keningnya. Tanpa perintah langsung, ke dua tangan Wina merangkul tubuh macho Rey yang membalasnya dengan dekapan yang begitu erat.

Berjalan bersama, berbagi cerita, tertawa, bahkan dalam tangispun Rey selalu hadir membawakan sebongkah ice cream demi senyum Wina yang indah. Lesung pipinya yang melukis wajahnya bak monalisa yang tak terhapus waktu. Menjelma dalam sugesti-sugesti yang mencurahkan bibit-bibit rindu ketika tak berama.

Itulah yang selama ini Wina rasakan. Kenyamanan, perhatian, dan kasih sayang yang membuat Rey berbeda dari pria-pria yang Wina temui. Saking takutnya, Wina selalu bertanya
"kamu di mana?"
"lagi apa, Rey?"
"udah makan?"
"Rey, Jangan tinggalin Wina yah"
itulah yang sering di ucap Wina baik lewat pesan singkat, maupun lewat telp.

***
Memang hubungan yang begitu akrab tidak menjamin suatu kepuasan bagi seorang Rey, pria tampan bak arjuna bagi Wina.
Itu jawaban yang di terima oleh Wina ketika ia bertanya.
"siapa Jes itu Rey?"
Sikap bungkam yang dipancarkan dari wajah Rey mengisyaratkan bahwa Jes adalah kekasih yang baru Rey kenal beberapa minggi ini.

Tidak ada yang bisa Wina lakukan. Ia tak bisa marah, hanya tergelam dalam kecembuaruan yang membuatnya sering meneteskan airmata di kamar mungilnya. Terkadang ia berpikir untuk mengakhiri hubungannya. Namun, ia tak sekokoh benteng cina, tak setegar hercules, hanya Wina yang tak berdaya. Apalagi setelah pernyataan yang menarik urat sarafnya hingga melelehkan air matanya.
"Maaf, Aku sayang ma dedek. Beri aku waktu untuk memikirkan bagaimana caranya meninggalkan Jes tanpa menyakiti hatinya"

Mendengar itu, Wina harus berabar jika harus memiliki Rey yang sudah menjadi mimpi IMAM hidup baginya. Sosok suami yang amat di impikan selama tiga tahun itu telah berbagi perasaan padan wanita lain.

***
Sudah 3 bulan berlalu. Tak ada perubahan, bahkan Wina pernah melihat Rey dan Jes berjalan berdua di sebuah caffe bola. Pemandangan itu membuat Wina sangat putus asa dengan keadaan yang terus meyiksa sanubarinya.
"maaf Rey, Kita putus saja" ungkap Wina.
"Kenapa dek? Please, kamu jangan lakukan itu, aku tidak bisa tanpa kamu dek.Beri Rey waktu" bela Rey. Wina menangis

"sampai kapan Rey?" tanya Wina tak sanggup menahan tangis.

"Jujur yang paling Rey sayang cuma Wina. Tapi, sikap Dedek yang selama ini terlalu protektif. Melarang ini dan itu, Dedek Juga suka marah-marah tidak jelas. Rey cuma ingin Wina berubah" ungkap Rey membela diri.

"kenapa tidak bilang dari kemarin mau Rey apa?" Wina menjawab terbata-bata.

"Karna Dedek nda pernah mau mendengar apa lagi mengalah untuk semua bimbingan Rey selama ini" ungkap Rey.

Wina mengakhiri pembicaraan itu dan membayangkan semua pernyataan Rey selama hubungan mereka terjalin. Wina baru ingat, ternyata setiap pertengkaran kecil yang sering terjadi tidak sepenuhnya di maafkan oleh Rey. Semua ia pendam dalam kesabarannya.

***
ke esokan harinya. Rey menemui Wina di kantin kampus. Keduanya tak seperti biasa saling memberikan ciuman di kening atau memegang jemari.

Di kantin itu Rey menceritakan. bahwa selama ini Jes lah yang selalu menjadi pelariannya selama mereka bertengkar. Jes yang juga mencintainya sejak dulu selalu ada untuk menenangkan dan mendengarkan semua curhat Rey tentang Wina.

"untuk sekarang! Aku harus memilih Jes! kita sahabat saja Win! Semoga kamu mendapatkan yang lebih baik dariku"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar