CERPEN

Rabu, 16 November 2011

Cerpen TOPENG CINTA


Tidak terasa sudah pukul 11: 57 malam. Aku tak bisa memejamkan mataku dengan tenang. Aku tak pernah dengar lagi dongeng pengantar tidur darimu. Sapaan hangat seperti doa yang kau mainkan dengan bahasa rayuanmu. Kau sering menyebut namaku dalam ejekan manja. Aku sering menjawabnya dengan suara manja sampai mulutku lelah untuk melayani rasa mengantuk yang teramat dalam.
Entah kenapa dengan mala ini, angin dingin yang menyusup hingga ke tulangku tetap saja tak sekuat mataku yang terus berontak untuk beristirahat. Dia selalu terngiang, rindu yah aku ingin mengatakan itu langsung padanya. Mungkin sekarang hanya mimpi tentang dia. Hampir setiap  malam aku berontak pada ketidakadilan cinta ini. Tapi, hingga sekarang tetap saja tak pernah ada yang sanggup menerangkan semuanya padaku.
Sofian, yah namanya sofian. Hampir tiga tahun lamanya aku menjalani hubungan. Aku tidak percaya pada siapa  pun selain Sofian. Sejak aku berkenalan, keindahan bahasa yang ia keluarkan membuatku sangat menyayanginya. Dia hadir dalam pelukan hangat dan perhatian yang dalam dan tak pernah aku temukan sebelumnya.
Dia selalu bertanya aku sudah makan atau belum. Terkadang, baru saja aku membuka mata menikmati matahari. Ia sudah mengucapkan
slamat pagi sayang”, 
ketika badan ku terasa lelah oleh gerahnya matahari, ia mengucapkan
selamat tidur” serta kecupan hangat di keningku.
Setiap malam minggu ia bertanya aku di mana, aku sedang apa, semua aktivitasku selalu harus ku jawab dari pertanyaannya. Dia selalu hadir dalam setiap detik hidupku. Aku teringat tentang Sofian, ia merayakan ulang tahunku dengan kue kek coklat. Awalnya ia membuat ku marah, aku sendiri tidak menyadari kalau setelah air mataku mengalir karenannya. Kejutan ulang tahun ia ucapkan sambil mencium kening ku. Ia hadiakan aku sebuah kotak musik yang selalu menemantiku sebelum aku tertidur.
Hampir tiga tahun terlewat begitu sempurna.  Kami bertemu di sebuah cafĂ© yang dengan cahaya yang sedikit redup. Seperti biasa Sofian mentraktirku makan. Ia menyapiku sambil memandang bibirku yang mekar.
“ Aku suka mata kamu” Sofian
Aku hanya menundung dalam kehangatan itu. Entah kenapa, getaran dari saku celananya mengakhiri kata-katanya. Ia  tampak berbeda dari biasanya.
“kenapa yank?”  tanyaku mengheran.
“perutku nda enak yank! Ku kebelakang dulu yah!” Jawab Sofian sambil menahan nafas.
Melihatnya kesakitan, aku pun mengijinkannya pergi.
Lima menit berlalu, sesekali aku menatap ke arah kamar mandi. Namun, Sofian tak kunjung terlihat.  Aku tidak pernah merasa curiga selam bersama Sofian. Tapi entah kenapa malam itu aku punya prasangka buruk tentang dia. Apa lagi aku merasakan ada getaran dari saku celananya. Merasa ada yang janggal, aku mencoba untuk menyusulnya ke kamar mandi.
“YANK!! KAMU NDA JALAN?....AKU LAGI DI WC HAHAHAA…..JADI MAKIN KANGEN YANK!!!... UDAH LAMA KITA NDA KETEMU YAH…. AKU KANGEN BANGETT… KANGEEEN BANGET! MUAACH!!!!!” Suara Sofian.
Mulutku menggumam, rasanya aku ingin menangis, lututku gontai tak sanggup menopang badanku. Kerut keningku mengusamkan wajahku, sungguh di luar dugaan. Alunan music klasik menjadi menggoyahkan hatiku.
“ YANK!! UDAH DULU YAH…. NANTI KU TELP LAGI!!! MAU MAKAN DULU!! HEHEHE….. MISS YOU!!! MUAAACH!” lanjut Sofian.
Aku hanya bisa berlari menuju meja lesehan. Tak lama Sofian menyusul dengan rapi sambil memegang perutnya. Ia mengaduh di depanku, aku tahu itu hanya sandiwara darinya. Aku tak bisa terus menikmati sandiwaranya. Semakin lama semua terasa sangat menyakitkan.
“Siapa?......!”  tanyaku padanya.
“maksud kamu?” Sofian mengheran.
“Kenapa kamu nda jujur saja? Itu paacar kamu kan? Jujur yank!!!!! Udah cukup aku di bodohkan!”  kesalku.  Tak sanggup aku menahan air mataku.
Sofian hanya terdiam, tangannya berusaha menggapai bahuku  tapi aku berusaha untuk menghidarinya. Aku tak perduli begitu banyak pasang mata yang melihatku berteriak. Kepalaku terasa nyilu mendengar bahasa-bahasanya.
“ Oke!! Oke!! Dia memang pacar aku! Ku sayang sama dia… sama seperti aku sayang sama kamu!!! Sekarang kamu sudah tahu kenapa aku tidak pernah cerita? Aku sendiri sulit membedakan siapa yang harus aku cintai. Di sisi lain aku sangat takut kehilangan kamu, begitu juga dengan perasaan ku padanya. “ jawab Sofian tegas.
“Owww jadi maksud kamu? …. Kamu itu punya perasaan nda sh? …. “ aku menangis.
“Maaf! Aku yang salah. Untuk menebus itu, kita harus berpisah! Aku nda pantas buat kamu, aku udah bohong selama ini!..... maaf terpaksa aku harus memilih dia! Waktu itu kami sedang bertengkar! Kamu hadir…. Dan jujur saat ini aku udah sayang banget sama kamu”  Sofian terdiam.
Sofian mengusap usap rambutnya. Sesekali ia menggaru kepalanya, mengalihkan pandangannya yang terlihat berair. Sofian menangis di hadapanku. Aku tak bisa berbuat apa-apa. Akhirnya Sofian mengantarku pulang. Sofian mencium keningku dan memelukku begitu erat. Dalam hatiku aku bicara “ Yan! Aku cinta kamu, Aku sayang kamu!” tapi di sisi lain aku terus menghujamnya dengan cacian.
Malam terasa semakin dingin.  Hanya suara jangkrik yang terus benyanyi memecah kesunyian malam. Ku putar kotak music, ku tatap sepasang boneka sedang berdansa di iringi lagu klasik. Aku menangis, masih sangat terngiang di depanku wajah orang yang sangat aku cinta. 
Aku duduk di kasur, di depanku HP ku tak terlepas dari pandangaku. Aku rindu ucapan selamat tidur dari Sofian. Aku rindu suaranya yang menyayikan ku lagu pengantar tidur. Aku rindu pada rayuan Sofian yang sudah ku hafal.  Detik jarum jam terus berdetak mengitari kesunyian ini. Suara HPku mengejutkan lamunanku.
“maaf yank! Dia tunangaku, dia ada di kampong! Aku ngerasa sepi!...aku tak pernah berniat untuk niggalin kamu! Sekali lagi aku minta maaf! Bersamamu adalah hari-hari yang indah! Selamat tinggal yank! Maaf yah …..”
Aku baru tahu, ternyata aku hanya seorang gadis yang sangat bodoh. Selama dua tahun lebih aku tak pernah tahu kalau Sofian telah bertunangan. Kenapa setelah aku sangat mencintanya, aku harus kehilangan dia. Kenapa dia harus meninggalkan aku dan memilih tunangannya. Aku marah dengan mertemuan. Aku benci laki-laki! Aku benci cinta!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar