Sudah lama rasanya aku berdiri di sini. Ku berbicara pada mereka yang
melintasi ku, terkadang aku harus menjawab pertanyaan mereka tentang
kamu. Aku sendiri bingung mau menjawab apa, aku sadari mereka sedang
curiga dan prihatin pada keadaan kita. Tapi, langit tak bersahabat.
Kabut membatnya menjadi tak seindah dulu.
"Leon ke mana?" tanya sahabat ku.
aku
berusaha menutupi kegelisahan di wajahku. Aku harus menjawab apa, itu
tak terlintas di kepalaku. Mulutku seolah terkunci. Aku hanya berbicara
dalam hatiku.
'Bagaimana aku menjawab tentang kamu, Yank!
apakah aku harus bilang kalau kamu sudah tak perduli padaku? atau aku
turuti perasaan ku yang menganggap kamu adalah pacarku seutuhnya. Leon,
aku mohon pengertianmu!" aku menghempaskan lelahku di sebuah bangku kosong.
mataku
terus melirik. Harapan melihat wajah Leon terus berdansa di retinaku.
Setiap sudut aku berusaha melirik, namun tak satu pun sugesti tentang
kamu. Ku hanya bisa merasakan sapuan angin yang menerpa wajahku.
Panasnya matahari bertempur dengan kegelisahanku untuk tetap melihat
kamu.
Ku arahkan pandanganku pada jarum jam yang terus
menemani nadiku. Pukul 1 siang semakin menggerakkan jantungku hingga aku
semakin bergetar. Bayang wajah Leon tersisip dalam setiap senyum para
sahabat yang terus melewatiku.
Sesekali bahuku tertabrak, namun aku tak menghiraukannya. Aku tetap berusaha mencari Leon.
Sampai
di sudut kampus, aku bersandar pada sebatang tiang. Aku menutup mataku
yang hendak mencurahkan kegelisahan. Seiring tarikan nafas, aku
mendengar panggilan sayangmu. Ciuman manis dan cubitan kecil di pipiku.
Dalam keadaan lesu dan putus asa. Ku buka mataku yang terasa basah.
"LEONNNNN........" dalam hatiku.
Cepat
langkahku membawa badanku di balik dinding. Dadaku terasa begitu tegang
seiring nafasku yang semakin gelisah mengeluarkan air mata.
'Leon, itu kam? siapa dia? kenapa Leon? kenapa?" sambil meratakan telapak tanganku di tiang kampus.
Dari
kejauhan, Leon menggandeng teman wanitanya. Mereka saling menjual tawa,
mereka begitu bahagia di depanku. Dia Diana yang Leon ceritakan padaku
tadi malam. Aku akui dia cukup cantik, badannya lebih indah dari
badanku. Kulitnya lebih putih dari kulitku. Tatapannya seperti putri,
sangat sempurna.
Aku memalinkan pandangan ku sambil
menghapus airmataku. Aku sadar, sebagai pacar keduannya aku tak bisa
apa-apa. Aku tak bisa melepaskan cintaku yang begitu besar padannya. Aku
bahkan tidak berani untuk menampilkan wajahku untuk Leon. Aku harus
mengalah pada waktu, sampai suatu saat cintaku dan Leon akan di hakimi.
Merasa
mereka sudah melewatiku, aku mengikuti Leon dari belakang. Entah
kenapa, Leon menolehkan wajahnya dan melihatku. Kami bertatapan, aku
terpaksa menebarkan senyum cinta padanya. Begitu juga Leon yang
membalasku dengan senyuman gelisah.
Setelah sampai di
parkiran kampus, Leon dan Diana pergi begitu mesra meninggalkanku.
Pelukan hangat Diana meruntukan semangat cintaku. Aku hanya terdiam dan
mencari aktivitas lain. Aku melangkah dengan lunglai ke sebuah warung
pojok tempat Leon menyuapiku bakso.
Sekitar lima belas
menit menuggu, Canda si tukang
bakso terus mengejek ku dengan kemesraan yang sering tumbuh bersama
Leon.
"Hei....kok cuma sendiri?" tukang bakso.
"Dia nyusul mas! sebentar lagi, Kok! " Jawabku sambil tersenyum.
"Ow... ngga pesan sekalian buat Leon?" tanya si tukang bakso.
"Nanti aja, Mas. Buatin punyaku aja dulu. Aku laper ni!" dengan nada manja.
Beberapa
menit kemudian, semangkok bakso menyapaku penuh kasih sayang. Baru saja
beberapa sendok bakso terkunyah. Suara yang tidak asing terdengar tepat
di belakangku.
"Dah lama nunggu, Yank?" tanya Leon padaku.
"Baru aja. Kamu ngga makan?" tanya ku.
"Boieh.... tapi sayank suapin yah!" Leon mendekatkan mulutnya di wajahku.
Itulah
kemesraan kami, aku menyuapi Leon walau di hatiku begitu dalam memendam
kecemburuan. Aku sangat gelisah ketika Leon tak ada di sampingku.
"Makasih!!!!! aku sayang kamu!! tadi aku mikirn kamu!.... maafinku ya Yank!" dengan nada lembut dari mulut Leon.
Aku
hanya mengangguk dan tersenyum. Aku menampakan kesabaran akan hari-hari
yang terus menyiksaku selama berada di samping Leon. Tapi aku bisa apa.
Tanpa Leon bagaikan bencana yang terbesar dalam hidupku. Leon terlalu
romantis dan perhatian. Aku sendiri tak sanggup meningglakannya.
"Ia ngga apa-apa kok! kamu udah di sini jga udah buat aku senaaang banget!..... " sambil mencubit pipi Leon.
Setelah
makan. Leon mengajakku ke suatu tempat yang indah. Di sana kami sering
bermesraan, seakan dunia meilik kami berdua. Aku sangat senang melihat
sikap Leon pada ku. Di atas motornya, aku merasa inilah waktuku
memeluknya begitu erat. Aku terus menghirup harum yang terpancar dari
badanya. Leon memengang jemariku yang melingkar di perutnya. Semua
terasa hangat.
"Aku pengeeen banget milikin kamu....." kata hatiku bicara pada Leon.
Sekitar
setengah jam perjalanan, aku dan Leon tiba di tepi pantai. Terpaan
angin menyambut kedatangan kami. Jemariku dan Leon begitu erat dalam
langkah. Hatiku seakan menari-nari, kegelisahan yang kurasakan tak ingin
ku kenang. Bersama Leon adalah harapan yang tak pernah putus dari
pikiran ku.
Aku sadar ini adalah kisah yang salah, aku
mencintai orang yang sudah dimiliki. Aku harus menelan resiko bila Diana
sedang bersama Leon. Walau aku sering menangis, tapi pertemuanku dengan
Leon seolah lebih indah dan kuat untuk menghapus kecemburuanku yang
teramat dalam.
Hari semakin petang, Leon mengangkat
telpon dari Diana. Aku hanya diam, hatiku bertanya-tanya melihat
wajahnya yang mengkerut gelisah. Ingin rasanya aku bersuara agar Diana
mendengar dan mengerti perasaan ku. Tapi, aku tak mau menerima
akibatnya. Aku takut Leon marah dan meninggalkanku.
"Yank! kamu tunggu di sini yah! Aku harus ketemu Diana. Dia melihat motorku di parkiran. Diana ada di sini!" Dengan terburu-buru Leon meninggalkanku.
"Yank!!!!" Panggil ku
Leon
membalikan badannya dan mendekatiku. Leon mencium kening dan pipiku. Ia
berlari sambil melirik mencari Diana. Dari kejauhan, aku melihat mereka
berdua bertemu. Dengan kepasaraan yang dalam, aku bersembunyi di pantai
sambil menikmati matahari terbenam.
Aku tahu, leon
tak akan memperdulikanku selama ada Diana di sampingnya. Aku hanya bisa
pasrah dan meminta teman ku untuk menjemputku pulang. Dalam hatiku akan
terus bertanya tentang keadaan, harus sampai kapan aku menjalani
hubungan yang tersembunyi ini.
"aku mencintaimu, Leon! sungguh mencintaimu"
keren gan... ;)
BalasHapuskapan2,, ijin ngopy gan...
BraoxMabox
cinta dua hati ney ceritanya, kasihan pacar keduanya, tapi mantab deh ceritanya :)
BalasHapusmakasih udah mengunjungi blog ini...heheheh
BalasHapus