CERPEN

Sabtu, 19 November 2011

Salahkah Mencintaimu, Leon?

Sudah lama rasanya aku berdiri di sini. Ku berbicara pada mereka yang melintasi ku, terkadang aku harus menjawab pertanyaan mereka tentang kamu. Aku sendiri bingung mau menjawab apa, aku sadari mereka sedang curiga dan prihatin pada keadaan kita. Tapi, langit tak bersahabat. Kabut membatnya menjadi tak seindah dulu.

"Leon ke mana?"  tanya sahabat ku.

aku berusaha menutupi kegelisahan di wajahku. Aku harus menjawab apa, itu tak terlintas di kepalaku. Mulutku seolah terkunci. Aku hanya berbicara dalam hatiku.

'Bagaimana aku menjawab tentang kamu, Yank! apakah aku harus bilang kalau kamu sudah tak perduli padaku? atau aku turuti perasaan ku yang menganggap kamu adalah pacarku seutuhnya. Leon, aku mohon pengertianmu!" aku menghempaskan lelahku di sebuah bangku kosong.

mataku terus melirik. Harapan melihat wajah Leon terus berdansa di retinaku. Setiap sudut aku berusaha melirik, namun tak satu pun sugesti tentang kamu. Ku hanya bisa merasakan sapuan angin yang menerpa wajahku. Panasnya matahari bertempur dengan kegelisahanku untuk tetap melihat kamu.

Ku arahkan pandanganku pada jarum jam yang terus menemani nadiku. Pukul 1 siang semakin menggerakkan jantungku hingga aku semakin bergetar. Bayang wajah Leon tersisip dalam setiap senyum para sahabat yang terus melewatiku.
Sesekali bahuku tertabrak, namun aku tak menghiraukannya. Aku tetap berusaha mencari Leon.

Sampai di sudut kampus, aku bersandar pada sebatang tiang. Aku menutup mataku yang hendak mencurahkan kegelisahan. Seiring tarikan nafas, aku mendengar panggilan sayangmu. Ciuman manis dan cubitan kecil di pipiku.
Dalam keadaan lesu dan putus asa. Ku buka mataku yang terasa basah.

"LEONNNNN........" dalam hatiku.

Cepat langkahku membawa badanku di balik dinding. Dadaku terasa begitu tegang seiring nafasku yang semakin gelisah mengeluarkan air mata.

'Leon, itu kam? siapa dia? kenapa Leon? kenapa?"  sambil meratakan telapak tanganku di tiang kampus.

Dari kejauhan, Leon menggandeng teman wanitanya. Mereka saling menjual tawa, mereka begitu bahagia di depanku. Dia Diana yang Leon ceritakan padaku tadi malam. Aku akui dia cukup cantik, badannya lebih indah dari badanku. Kulitnya lebih putih dari kulitku. Tatapannya seperti putri, sangat sempurna.

Aku memalinkan pandangan ku sambil menghapus airmataku. Aku sadar, sebagai pacar keduannya aku tak bisa apa-apa. Aku tak bisa melepaskan cintaku yang begitu besar padannya. Aku bahkan tidak berani untuk menampilkan wajahku untuk Leon. Aku harus mengalah pada waktu, sampai suatu saat cintaku dan Leon akan di hakimi.

Merasa mereka sudah melewatiku, aku mengikuti Leon dari belakang. Entah kenapa, Leon menolehkan wajahnya dan melihatku. Kami bertatapan, aku terpaksa menebarkan senyum cinta padanya. Begitu juga Leon yang membalasku dengan senyuman gelisah.

Setelah sampai di parkiran kampus, Leon dan Diana pergi begitu mesra meninggalkanku. Pelukan hangat Diana meruntukan semangat cintaku. Aku hanya terdiam dan mencari aktivitas lain. Aku melangkah dengan lunglai ke sebuah warung pojok tempat Leon menyuapiku bakso.

Sekitar lima belas menit menuggu,  Canda si tukang bakso terus mengejek ku dengan kemesraan yang sering tumbuh bersama Leon.
"Hei....kok cuma sendiri?" tukang bakso.

"Dia nyusul mas! sebentar lagi, Kok! " Jawabku sambil tersenyum.

"Ow... ngga pesan sekalian buat Leon?" tanya si tukang bakso.

"Nanti aja, Mas. Buatin punyaku aja dulu. Aku laper ni!"  dengan nada manja.

Beberapa menit kemudian, semangkok bakso menyapaku penuh kasih sayang. Baru saja beberapa sendok bakso terkunyah. Suara yang tidak asing terdengar tepat di belakangku.

"Dah lama nunggu, Yank?" tanya Leon padaku.

"Baru aja. Kamu ngga makan?"  tanya ku.

"Boieh.... tapi sayank suapin yah!" Leon mendekatkan mulutnya di wajahku.

Itulah kemesraan kami, aku menyuapi Leon walau di hatiku begitu dalam memendam kecemburuan. Aku sangat gelisah ketika Leon tak ada di sampingku.

"Makasih!!!!! aku sayang kamu!! tadi aku mikirn kamu!.... maafinku ya Yank!" dengan nada lembut dari mulut Leon.

Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Aku menampakan kesabaran akan hari-hari yang terus menyiksaku selama berada di samping Leon. Tapi aku bisa apa. Tanpa Leon bagaikan bencana yang terbesar dalam hidupku. Leon terlalu romantis dan perhatian. Aku sendiri tak sanggup meningglakannya.

"Ia ngga apa-apa kok! kamu udah di sini jga udah buat aku senaaang banget!..... "  sambil mencubit pipi Leon.

Setelah makan. Leon mengajakku ke suatu tempat yang indah. Di sana kami sering bermesraan, seakan dunia meilik kami berdua. Aku sangat senang melihat sikap Leon pada ku. Di atas motornya, aku merasa inilah waktuku memeluknya begitu erat. Aku terus menghirup harum yang terpancar dari badanya. Leon memengang jemariku yang melingkar di perutnya. Semua terasa hangat.

"Aku pengeeen banget milikin kamu....." kata hatiku bicara pada Leon.

Sekitar setengah jam perjalanan, aku dan Leon tiba di tepi pantai. Terpaan angin menyambut kedatangan kami. Jemariku dan Leon begitu erat dalam langkah. Hatiku seakan menari-nari, kegelisahan yang kurasakan tak ingin ku kenang. Bersama Leon adalah harapan yang tak pernah putus dari pikiran ku.

Aku sadar ini adalah kisah yang salah, aku mencintai orang yang sudah dimiliki. Aku harus menelan resiko bila Diana sedang bersama Leon. Walau aku sering menangis, tapi pertemuanku dengan Leon seolah lebih indah dan kuat untuk menghapus kecemburuanku yang teramat dalam.

Hari semakin petang, Leon mengangkat telpon dari Diana. Aku hanya diam, hatiku bertanya-tanya melihat wajahnya yang mengkerut gelisah. Ingin rasanya aku bersuara agar Diana mendengar dan mengerti perasaan ku. Tapi, aku tak mau menerima akibatnya. Aku takut Leon marah dan meninggalkanku.

"Yank! kamu tunggu di sini yah! Aku harus ketemu Diana. Dia melihat motorku di parkiran. Diana ada di sini!"  Dengan terburu-buru Leon meninggalkanku.

"Yank!!!!" Panggil ku

Leon membalikan badannya dan mendekatiku. Leon mencium kening dan pipiku. Ia berlari sambil melirik mencari Diana. Dari kejauhan, aku melihat mereka berdua bertemu. Dengan kepasaraan yang dalam, aku bersembunyi di pantai sambil menikmati matahari terbenam.

Aku tahu, leon tak akan memperdulikanku selama ada Diana di sampingnya. Aku hanya bisa pasrah dan meminta teman ku untuk menjemputku pulang. Dalam hatiku akan terus bertanya tentang keadaan, harus sampai kapan aku menjalani hubungan yang tersembunyi ini.

"aku mencintaimu, Leon! sungguh mencintaimu"

3 komentar:

  1. keren gan... ;)
    kapan2,, ijin ngopy gan...
    BraoxMabox

    BalasHapus
  2. cinta dua hati ney ceritanya, kasihan pacar keduanya, tapi mantab deh ceritanya :)

    BalasHapus
  3. makasih udah mengunjungi blog ini...heheheh

    BalasHapus