CERPEN

Jumat, 11 November 2011

Senja (KITA) Puisi

Senja dalam syair-syair
seniman bicara dengan bahasa khias
dari sudut jiwa yang tak di sadari
muncul kamu dari indahnya matahari terbenam

kita bicara berbias senja
tertawa sampai lupa pada waktu
mata kita tertuju pada harapan di sana
meminta
mengucap
berserah pada takdir yang terus mengurai cita-cita

Syair-syairku ku cipta lagi
masih ku tulis namamu di waktu pagi
terbingkis mimpi yang menghadirkanmu
membingkai kerinduan untuk merangkaimu dalam syair-syair.

Ketika syairku melihat bola matamu
cahaya mentari terpantul bersama gemercik ombak di waktu senja
sugesti hidup bicara lewat riak air
angin terus berdoa meniupkan resah
aku dan kamu
hadir dalam genggaman yang begitu kokoh

tahun pertama berganti
semua menjadi sama dan seimbang
aku menyentuh lekukan pipimu
kau bicara tentang mataku dan alisku
aku bisikan kata sayang
kau menjawab ku dengan sipu dan malu-malu

syair  ku bicara tentang niat
bicara tentang bait-bait kejam yang terselip bisa
mengirimkan tangis
mengirimkan ragu
mengirimkan kemarahan
mengirimkan kedamaian lewat bahasa yang menjelma

aku dan kamu
angin
riak ombak
lamunan
semua mengharap jawaban pada mentari senja
syair-syir dan doa-doa
hadirkan kita sampai menutup mata

Lebih dari satu menit kita berbincang
lebih dari satu abad kita berharap
lebih dari gedung bercorak baja
lebih dari usia dunia aku menjelma
kita adalah butiran-butiran semangat
hadirnya kamu adalah energi bagiku
hilangnya pandangan mu
hadirkan rindu, kata mu

yah!
inilah yang seniman indahkan darimu
walau senja terus berganti-ganti warna
walau angin terus memberi suhu berbeda
aku percaya pada bahasa
bahwa hari esok adalah keseimbangan kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar