saat itu cuaca cerah, di sekelilingku ku lihat kemesraan remaja
menikmati malam dengan bahasa cinta. Rayuan, entah apa saja topik
pembicaraan yang membuat mereka tertawa dan saling cubit. Aku hanya
tersenyum seolah menyaksikan Warkop DKI dalam seribu trik jitu dalam
mendekati wanita. Angin berbicara santai temani kami menikmati malam itu
dengan taburan bintang dan suasana pantai yang indah.hari itu aku hanya
datang sendiri dengan tujuan menginstal otak yang sibuk. Tiba-tiba di
meja sebelahku seorang waniuta muda sedang berbicara dengan orang lain
lewat telepon genggamnya. wajahnya kusut, dari matanya terpancar adukan
emosi yang tergambar dari gerak verbanya yang tak wajar.
"Anjing!!!" terucap dari mulutnya serentak mengentikan HP lantas meletakkan HP tersebut dengan kasar di atas meja.
Ia
menarik nafas panjang, bola mata yang awalnya terlihat garang kini
meredup dan berkaca-kaca. berapa kali ia kembali membuka menu HPnya
dengan sikat tak wajar.
aku menyindir ingin mendekat
"marahan ya?" sindiranku yang usil mengejeknya.
Ia
nelirik seperti burung hantu serta seasam jeruk nipis seolah ingin
meludahi wajahku. Dalam hati aku tertawa kecil, wajahnya yang begitu
cantik sehingga membawa analogiku pada putri khayangan. Virus cintapun
meracuni otak usilku. Aku mengambil segelas capucino hangat dan duduk
tepat di depannya dengan wajah iba padanya.
"Cinta itu buta, rasa manis yang terlihat belum tentu manis di telan" ungkapku mengawali pembicaraan itu.
Iya menunduk sesaat, mungkin saat itu ia merasa malu, iya menggeser kursi ingin meninggallkanku.
"Wah ini seperti telenofela" hati kecilku bicara sambil melihat wajah yang murum di tengah kembang asmara.
Reflek, dan sok perhatian menggerakan tangan kananku pada lembut jemarinya menahan tidakannya itu.
Aku tidak ingin dia pergi.
"maaf, namaku Eno!.
Tidak tepat jika kamu pulang dengan kemarahan" merayunya untuk duduk lagi dan itu jitu.
Ia kembali duduk.
"memang sifat laki-laki itu sama! sama seperti kamu" dengan wajah yang berpaling "marah" iya menyindirku.
"tidak semua masalah bisa kamu samakan dengan orang lain" jawabku menyusun strategi.
"Aku
tidak bermaksud apa-apa, aku hanya ingin menjadi sahabatmu, tempat kamu
mengadukan masalahmu dan aku siap menjadi sahabatmu. Apa yang kamu
benci dari laki-laki itu?" jawabku menasihatinya.
"Baru
saja seorang perempuan menelpnku, dia memaki-maki saya merebut pacar
orang padahal aku tidak pernah melakan itu. Saat aku dekat dengan
pacarku yang sekarang, pacarku tidak pernah bilang kalau dia punya pacar
lain dan aku percaya padanya. Tapi apa? kedoknya terbongkar setelah aku
serius mencintainya" sambil bercerta ia menangis dan aku berusaha
mendekatinya.
"cinta itu adalah belajar psikologi
pasangan, baik untuk sekarang maupun untuk yang berikutnya. Kamu masih
beruntung sekarang kamu tahu tentang dia" jawabku menasihatinya.
"kamu benar! tapi aku tidak bisa melupakannya" lantas ia menangis.
"matamu
mencerminkan ketulusan itu, jika dia hanya bisa membuat kamu terluka,
apakah kamu mau? cinta masih berkeliaran di dekatmu dan kamu berhak
memilih dan menjadikan pengalaman berharga ini sebagai pelajaran mahal"
kata bijak itu membuatnya luluh.
"tapi aku sudah lama!" kata singakat itu menggambarkan berapa jauhnya perjalanan cinta itu.
Iya
bercerita tentang dia yang sudah sering membuatnya menangis, ada saja
alasan yang membuatnya selalu memaafkannya bahkan iya sudah menggapnya
sebagai cinta sejati dan terakhir. Hubungan yang begitu dalam membuatku
merasa salah jika hanya merayu wanita ini. Wanita memiliki kelemahan
yang mudah dirayu dengan kata-kata namun sulit diungkap dengan kata
tanggung jawab.
aku diam sulit membela diri dengan rayuan.
Dalam hati kecilku berkata
" jangan menyakiti sebab kamu tidak akan merasakan sakitnya rasa yang kamu sakiti"
Akupun mengajaknya untuk pulang. Perkenalan itu menjawab sikap-sikap rayuan sesaat dan berkesimpulan bahwa
" salah langkah maka kebahagiaan itu akan menjadi hadiah emas yang terinjak kotoran ternak"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar