Ketika aku melihat
dedaunan kering bergoyang, mataku terasa perih oleh cahaya matahari yang marah.
Sugesti tentang hujan yang akan turun membuat bumi seperti sedang berada di
panggung drama. Apakah itu tandanya Tuhan sedang gelisah? Kita tidak pernah
tahu itu. Aku yang bodoh ini bertanya sendiri
“Adakah
sebagian di antara mereka yang sibuk ingat berdoa?”
Ku lihat di
sekelilingku, mereka sibuk menikmati dunia. Bergalau ria, memikirkan perasaan
cinta yang kandas, bicara tentang kehebatannya di depan orang, terbahak-bahak
dengan segelas tuak di hadapannya, bernegosiasi dengan gadis-gadis, duduk
bersama mereka di cafe-cafe, keluyuran mencari remaja-remaja. Aku berfikir
objektif, aku juga bagian dari itu! Namun, aku sangat menyadari bahwa masa-masa
itu suatu saat akan musnah. Mereka yang tak sempat mengucap syukur akan
terjatuh bersama imajinasi dunia yang mereka agung-agungkan.
Aku bukan ahli pikir
positif, aku juga bukan Tuhan atau orang tua, aku hanya sebuah buku kecil yang
terhanyut di telaga. Aku hanya berpikir tentang suatu agama, belajar saling
mengasihi, saling menolong, berbuat baik, selalu mensyukuri semua yang di
ciptakanNYA. Anda dan saya pasti bagian dari sebuah agama, tekunlah sahabat. Ketika
bumi menangis di siang hari, amarahnya mencuak dari banjir besar, bencana alam,
pertengkaran bodoh, penindasan, itu semua adalah kutukan. Catatlah semua
peristiwa itu, pikirkanlah dengan iman saudara. Apakah yang akan saudara
ketemukan, apakah kegelisahan itu sama dengan ketika pacar Anda tidak datang
pada malam minggu, atau ketika kalian tidak mendapat kabar dari pacar Anda dan
dilanda gelisah?.... atau ketika pacar Anda sedang di bawa orang? Sesungguhnya semua
itu adalah masalah yang amat kecil. Semakin besar cobaan yang datang adalah
perbuatan Anda sendiri. Sebab, Anda lupa bahwa hadirnya pasangan, sahabat,
saudara, orang tua, atau semua yang berada di sekeliling Anda adalah
rencanaNYA.
“Bagaimana
Anda melewati semua itu tanpa DIA yang telah menggariskan hidupMU?”
Tuhan itu seperti
bayanganMU, lebih dari pacarMU, lebih dari Ayah dan Ibumu. Tuhan selalu
mengikutimu di manapun kamu berada. Perbuatanmulah yang menentukan nasibmu,
bertanyalah pada dirimu sendiri
“Apa yang
sudah ku lakukan untuk TUHAN? Seberapa besar gelisahku ketika Tuhan tak ku
sebut?”
Ini catatan kecilku
untukmu teman, aku bukan orang yang hebat dalam agama. Aku hanya sebutir debu
di tengah gersangnya bumi. Namun, hadirku adalah menyirami gersang itu agar
tumbuhan dapat bernyanyi dan bergoyang ria untuk anak dan cucuku kelak.
kunjungan gan.,.
BalasHapusbagi" motivasi.,.
fikiran yang positif bisa menghasilkan keuntungan yang positif pula.,..
di tunggu kunjungan balik.na gan.,.,
Oke trima kasih sahabat....... atas kunjungannya!!!
BalasHapus